MASA KECIL
Usia 4 Tahun
Saya tinggal di rumah yang satu-satunya berdinding tembok, itu adalah rumah peninggalan nenek dari Ayah, kalo dari Ibu, tak satupun harta warisan yang ia dapatkan, akupun tak tahu kenapa Ibu tidak mengambil haknya. Kata Ayah, mereka tidak akan bawa sesuatu yang tidak halal kepada kami anak-anaknya, karena itu akan membuat susah saat dihisab di akherat. Saat usia bocah ini, aku paling suka bermain-main saja, merepotkan ibu yang saat itu harus mengasuh adikku yang nomor 2 dan nomor 3, aku seringkali memakan bubur buatan ibu yang seharusnya buat adik. Yups kami di usia 4 tahun, adikku usia 2 tahun dan adikku yang no 3 usia baru lahir, semuanya Ibu yang mengurus, pokoknya Ibuku best woman di dunia. Dengan kesibukan sebagai istri, ibu rumah tangga, ibuku sangat telaten merawat kami semua. Di usia ini saya hanya pandai merajuk, menangis dan meminta coklat kepada orang tua
Usia 5 Tahun
Nah di usia ini saya pernah melakukan kesalahan yang sangat fatal pada Ayah, saya menembak tangannya dengan senapan, sampai sekarangpun pelurunya masih ada di tangan ayah, kalo ingat cerita ini, aku selalu menangis, sangat banyak dosa aku sama orang tua sedari kecil, dan itu push aku untuk segera bahagiakan mereka. Aku tidak sengaja menarik senapan, dan terjadilah peristiwa itu.
Usia 6 Tahun
Kami pindah ke tempat yang lebih kota, yups sampai usia 6 tahun aku tinggal hanya bertemankan suara monyet, ayam dan burung hantu tiap malam, tak ada listrik, lampu minyak yang menemaniku belajar membuat angka dengan Ibu dan Ayah tiap malam. Walaupun ayahku sibuk mencari nafkah pagi hingga petang sebagai buruh angkat batu, pasir dll (yg penting halal) ayah tetep sempat ajari kami menulis. Nah,tinggal di tempat ramai ternyata membuat aku justru minder, mereka berpakaian bagus, bisa beli ini dan itu, disana aku benar-benar drop dan menjadi sosok yang pendiam.
Usia 7-12 tahun
Aku bersekolah di SDN 11 Muaro Kalaban, Alhamdulilah aku lulus sebagai siswa terbaik di kelasku saat perpisahan. Aku juga pandai mengaji dengan irama, semua itu lagi-lagi karena orang tua yang sangat support kalo masalah belajar.
Usia 12-15 tahun
Aku melanjutkan ke SMPN 06 Sawahlunto, SMP yang lumayan dekat dengan rumahku, aku paling suka jalan kaki ke sekolah, karena harus menghemat jajan. Saat kami menginjak usia sekolah, Ibu sudah mulai bantu Ayah mencari nafkah dengan mengolah ladang, berjualan sayur dll. Dan lagi-lagi, walaupun tidak menjadi yg terbaik, aku bisa mendapatkan sekolah faforite di kota sawahlunto, yang tidak mudah untuk masuk kesana
Usia 15-17
Aku melanjutkan ke SMAN 1 Sawahlunto, Di sekolah ini aku justru bertolak belakang, aku tidak lagi menjadi juara, bahkan pernah menjadi rangking 22 dari 24 siswa, karena anak-anak kota jauh lebih hebat pengetahuannya dibanding aku. Masa SMA aku menjadi sosok yang mudah putus asa, tidak percaya diri, apalagi rasa malu karena Ibuku tiap kali kesekolah untuk meminta keringanan biaya sekolah. Sungguh naif memang aku saat itu, Ibu punya seribu usaha agar aku dan adik-adiku tetap sekolah.
Usia 18- 22 Tahun
Aku melanjutkan ke perguruan tinggi, Lulus SPMB di jurusan Biologi Unand, Nah di kampus inilah karakterku mulai terasah kembali, aku mengaktifkan diri dalam kegiatan organisasi, aku merasa di anggap, dan benar-benar berbeda rasanya, aku yang dulu sangat pendiam, kini sangat sering cuap-cuap. Dan aku menemukan prinsip hidup yang hebat yaitu tentang arti KEIMANAN dan Mendekatkan diri pada Tuhan kapanpun dan dimanapun.
Usia 23-26
Aku berhasil lulus sarjana Biologi dengan nilai sangat memuaskan, IPK 3,29 sebenarnya bukan itu yang kucari, takdir memapahku bertemu dengan dunia bisnis di herbalife, hobiku berbicara dan kata orang supel sangat membuatku nyaman, ditambah lagi disini lebih banyak teman-teman yang sangat support dan menghargai keberadaanku.1,5 Tahun kugeluti sambil belajar menjadi leadere, coach bagi diriku sendiri dan para patnerku, onalk dan duri yang berlangsung disana ternyata membuatku mengambil pilihan lain dahulu, hal tersebut berawal dari orang tuaku yang tidak merestui apa yang kulakukan, pakaian seragam bersanding dan sepatu licin mereka ingin aku jadi PNS, padahal aku sudah banyak dengar bagaimana fenomena seorang PNS, aku justru takut dengan uang yang nantik kudapatkan tak sesuai dengan apa yang kuberikan pada bumi. Berbeda dengan berwirausaha, hasil yang kudapatkan sebanding dengan apa yang kuusahakan dan keleluasaanku untuk berbagi, karena setiap hari aku punya uang sendiri. Meskipun sejak kuliah aku tak pernah lagi meminta uang biaya hidup dan uang kuliah pada orang tua karena alhamdulillah beasiswaku bisa mengcover semuanya ditambah lagi dengan kerja part time yang kujalani untuk mencukupi hidup dirantau.
Aku berdoa apa yang harus kulakukan selanjutnya, dan akhirnya Allah memberikan jawabannya aku diterima masuk s2 dalam kategori mahasiswa berprestasi, SPP ku Free dan aku hanya perlu kerja buat biaya hidup dan buku, dan saat ini aku sudah di semester 4 selangkah lagi menyelesaikannya, alhamdulillah Allah cukupkan rejeki aku dengan cukup menghendle bisnisnya via online dan berkahnya amat kurasakan sekali. Dulu saat aku bisa begitu ektra ambisius dan bekerja sangat keras, beberapa kali sering pulang tengah malam karena menjadi panitia event, aku mendapatkan peluang belajar keluarnegeri 2xsetahun, keluar kota bisa 2xsebulan. Hmmm….capek memang tapi kubisa kenal dengan sahabat baru,. itulah yang ku syukuri. Dan untuk 2 tahun ini aku memang tak sebegitu keras karena ingin menikmati jadi mahasiswa master, namun aku bekerja cerdas. Yaa..dan itu menelusupkan kebahagiaan tersendiri dalam hidupku, aku bisa nyicil motor (nyicil ke orang tua karena tidak biasa berhutang, lebih baik cash dibanding kredit) biarlah menabung dahulu sampai di cukupkanNya.
Kisah selanjutnya, ku tak pernah tau dan tak ingin berangan-angan jauh, menjalani apa yang harus kujalani itu sajalah, pengalaman membawaku….sesuatu yang serasa hampir dekat saja bisa saja menjauh dan hilang…pussssssss..entah kemana, harapanku cukup padaMu Yaa Allah atas cerita hidupku ini, terima kasih atas impian yang terus berapi-api dalam dadaku, terima kasih atas orang-orang luar biasa yang engkau kirimkan dalam kehidupanku, terima kasih atas sakit, derita, kekecewaan, yang engkau selipkan hingga membuatku bersiap-siap untuk terus berdiri tersenyum dan bersabar.
Ijinkan aku hidup dengan jiwa seutuhnya untuk mengabdi padaMu yaa Allah. Terima Kasih atas kehidupan ini.Bimbing keluargaku berjalan menuju SyurgaMu, lapangkan urusan sahabat-sahabatku yang tengah menjalani amanahMu.
Viona Novelia
14 Mei 2016
Tinggalkan Jejakmu